.jpg)
.jpg)
Dalam sambutannya, Bu Santi Komaladini menekankan pentingnya memberikan edukasi kesehatan yang komprehensif kepada anak berkebutuhan khusus. “Anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat tentang tubuh mereka. Edukasi Kesehatan Reproduksi yang tepat akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab,” ujarnya.
Peserta seminar juga diajak untuk berdiskusi mengenai berbagai tantangan dalam memberikan edukasi seksual kepada anak berkebutuhan khusus. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya materi yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing individu. Selain itu, stigma sosial juga menjadi penghalang dalam memberikan edukasi yang terbuka dan jujur.
Bu Nephy, seorang guru SLB, merasa sangat terbantu dengan materi yang disampaikan dalam seminar. “Seminar ini membuka wawasan saya tentang bagaimana cara memberikan edukasi seksual kepada siswa-siswa saya. Saya akan berusaha untuk menerapkan ilmu yang saya dapatkan ini dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari,” ungkapnya.
Diharapkan seminar hibrid ini dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan kualitas hidup anak berkebutuhan khusus di Indonesia. Dengan memberikan edukasi yang tepat sejak dini, diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat tumbuh dan berkembang secara optimal serta mampu menjaga kesehatan reproduksinya.
Senada dengan Bu dewi, seorang orang tua siswa, juga menyambut baik penyelenggaraan seminar ini. “Sebagai orang tua, saya merasa lebih tenang karena sudah mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi anak saya. Saya berharap seminar seperti ini dapat terus diadakan,” ujarnya.
Reporter : Fatwa Siti Nurbayinah
Memang kegiatan seperti ini harus lebih sering di sosialisasikan oleh pihak sekolah, agar wawasan terhadap kesehatan anak disabilitas lebih terjaga
BalasHapus