Mediakopid.com, Bandung–cibiru, sebuah kawasan strategis di Bandung Timur, telah lama menjadi pusat aktivitas mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Kehadiran berbagai tempat makan di area ini menjadi salah satu daya tarik bagi para mahasiswa, baik sebagai tempat bersantai setelah jam kuliah maupun lokasi diskusi kelompok. Salah satu tempat yang tengah naik daun adalah Mie Gacoan Cibiru.
Sebagai bagian dari jaringan restoran Mie Gacoan yang populer di Indonesia, cabang Cibiru sukses memikat hati para mahasiswa UIN Bandung. Dengan konsep modern, menu beragam, dan harga yang ramah di kantong mahasiswa, Mie Gacoan Cibiru menjadi destinasi kuliner yang sulit untuk diabaikan.
Kombinasi Harga, Rasa, dan Suasana
Hal pertama yang membuat Mie Gacoan Cibiru begitu diminati adalah kombinasi harga dan rasa. Menu utama seperti mie pedas dengan berbagai level kepedasan menjadi pilihan favorit. Ditambah lagi dengan berbagai tambahan seperti dim sum dan es manis khas mereka, pengalaman makan di Mie Gacoan terasa lengkap. Harganya yang terjangkau, mulai dari Rp10.000 hingga Rp20.000 per porsi, menjadikannya sangat sesuai dengan kantong mahasiswa.
Selain itu, suasana restoran yang modern dan nyaman menjadi nilai tambah. Desain interiornya yang Instagramable sering kali menjadi latar foto mahasiswa yang ingin mempercantik media sosial mereka. Dengan akses Wi-Fi gratis dan meja-meja yang cukup luas, Mie Gacoan juga sering dijadikan tempat belajar bersama atau sekadar mengerjakan tugas kuliah.
Budaya Nongkrong yang Berkembang
Budaya nongkrong di kalangan mahasiswa UIN Bandung bukan sekadar tentang menikmati makanan. Nongkrong adalah bagian dari cara mereka bersosialisasi, berbagi ide, atau bahkan merencanakan kegiatan organisasi. Mie Gacoan Cibiru tampaknya memahami kebutuhan ini dengan menyediakan ruang yang cukup luas dan suasana yang kondusif untuk diskusi maupun sekadar bersantai.
Namun, popularitas ini juga membawa tantangan tersendiri. Salah satunya adalah antrean panjang, terutama di jam makan siang dan malam hari. Meski demikian, mahasiswa tampaknya tidak keberatan menunggu. Bagi mereka, pengalaman menikmati mie pedas sambil berbincang dengan teman-teman sebanding dengan waktu yang dihabiskan untuk mengantre.
Reporter: Karima Abdul Aziz
Tidak ada komentar
Posting Komentar