Salah satu masalah utama adalah keterbatasan infrastruktur digital, terutama di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Data dari Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang belum memiliki akses internet memadai, bahkan listrik pun menjadi barang langka di beberapa daerah. Hal ini membuat penerapan pendidikan berbasis teknologi menjadi sulit, jika tidak ingin dikatakan mustahil.
Selain itu, kompetensi guru dalam menggunakan teknologi juga menjadi tantangan serius. Sebuah survei yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar guru di Indonesia masih merasa gagap teknologi. Tanpa pelatihan yang sistematis, integrasi digital hanya akan menjadi jargon tanpa dampak nyata di ruang kelas.
Namun, pendidikan digital bukan hanya soal perangkat keras dan akses internet. Ini juga tentang membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran berbasis teknologi secara holistik. Pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan platform pendidikan yang inklusif, mudah diakses, dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja masa depan.
Contoh yang bisa diambil adalah Finlandia, negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Mereka tidak hanya mengintegrasikan teknologi di ruang kelas, tetapi juga memastikan bahwa kurikulum berbasis digital mampu membangun keterampilan abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan literasi data.
Masa depan pendidikan di Indonesia ada di tangan kita semua. Jika kita serius ingin mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global, pendidikan digital harus menjadi prioritas utama. Kita tidak bisa lagi hanya bergantung pada sistem tradisional. Inovasi adalah kunci, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk melangkah maju.
Penulis: Ihsan Kamil Rahmatilah
Tidak ada komentar
Posting Komentar