Mediakopi.com, Bandung- Euforia fans sepak bola Indonesia meningkat pesat seiring pencapaian luar biasa Tim Nasional di bawah asuhan Shin Tae-yong (STY). Namun, belakangan media sosial sering diramaikan oleh seruan "STY Out" dari fans dadakan atau FOMO yang kecewa dengan hasil pertandingan melawan China dan Jepang pada ronde 3 babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Fenomena ini mencerminkan kurangnya pemahaman mendalam tentang proses panjang yang dibutuhkan untuk membangun sebuah tim yang solid.
Shin Tae yong mulai melatih Indonesia pada tahun 2020, saat itu Indonesia berada di peringkat FIFA ke-173. Dan dalam waktu kurang dari empat tahun, peringkat itu naik ke posisi 127 per November 2024. Ini adalah salah satu peningkatan peringkat tercepat dalam sejarah Timnas.
Tidak hanya itu, STY mencatat berbagai pencapaian historis. Ia berhasil membawa Indonesia ke Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Timnas senior juga berhasil lolos langsung ke Piala Asia dan pada edisi sebelumnya timnas Indonesia berhasil mencapai babak knockout. Di level U-23, Indonesia berhasil mencapai semifinal Piala Asia, sebuah pencapaian yang membanggakan di tengah persaingan ketat Asia.
Meski ada kritik terhadap hasil pertandingan melawan China dan Jepang, performa keseluruhan Timnas di bawah STY menunjukkan tren positif. Data mencatat bahwa rata-rata kemenangan Indonesia meningkat menjadi 48% (dari 53 pertandingan: 25 menang, 13 seri, 15 kalah).
Sebagai perbandingan, di era Luis Milla, rata-rata kemenangan Timnas hanya 44%. Ditambah, kualitas lawan yang dihadapi di era STY jauh lebih berat, termasuk Jepang, Argentina, dan Australia. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan performa tidak hanya terlihat dari statistik, tetapi juga keberanian Timnas menghadapi lawan kuat.
Untuk membangun sepak bola yang maju, dibutuhkan waktu, konsistensi, dan kesabaran. Contoh terbaik dapat dilihat dari Korea Selatan dan Jepang, yang memulai reformasi sepak bola mereka beberapa dekade lalu. Kedua negara ini berinvestasi dalam pembinaan pemain muda, infrastruktur, dan pengembangan liga domestik. Hasilnya baru terlihat setelah lebih dari 20 tahun, ketika mereka mampu bersaing di Piala Dunia.
Menurut teori Fan Loyalty oleh Funk dan James (2001), loyalitas fans terhadap tim olahraga berkembang melalui empat tahap: kesadaran, daya tarik, keterlibatan, dan loyalitas sejati. Fans dadakan sering kali terjebak di tahap daya tarik. Mereka hanya mendukung tim ketika hasilnya positif, namun cepat menyerah ketika tim mengalami kekalahan.
Sebaliknya, loyalitas sejati membutuhkan dukungan yang konsisten, terutama saat tim menghadapi masa-masa sulit. Fenomena seruan "STY Out" tidak hanya melemahkan moral tim dan pelatih, tetapi juga menciptakan perpecahan di antara fans.
Mengukur keberhasilan pelatih hanya dari satu atau dua pertandingan adalah tindakan yang tidak bijak. Sepak bola adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan, bukan perjalanan instan yang hanya diukur dengan trofi atau kemenangan cepat.
Shin Tae yong telah membawa perubahan nyata bagi Timnas Indonesia. Peningkatan peringkat FIFA, prestasi historis di kualifikasi internasional, dan pembinaan pemain muda adalah bukti nyata kontribusinya. Pemain seperti Marselino Ferdinand, Rizky Ridho, dan Witan Sulaeman berkembang pesat di bawah kepemimpinan STY, ini menunjukkan potensi besar untuk generasi di masa depan.
Dalam upaya meningkatkan sepak bola Indonesia, mari kita menjadi fans yang bijak dengan mendukung tim saat meraih kemenangan dan kekalahan. Sepak bola bukan hanya milik pemain dan pelatih, tetapi merupakan perjalanan bersama yang melibatkan seluruh elemen, termasuk kita sebagai fans.
Reporter: Moh Ragil Azhar Pangestu
Percaya Proses emang sangat perlu
BalasHapuskalau lu fans timnas, lu wajib baca ini sih
BalasHapustrust the proses itu penting
BalasHapusbegaye sangat lah abang ini
BalasHapus